Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan besar terhadap model berkomunikasi dan mengakses informasi. Fenomena ini dikenal dengan era media baru yang merujuk pada berbagai bentuk media digital yang dihadirkan. Martin Lister, dkk mengungkapkan bahwa media baru memiliki karakteristik seperti digital, interaktif, hipertekstual, virtual, jarigan dan simulasi. Media baru meliputi internet, media sosial, flatform streaming, aplikasi komunikasi, hingga teknologi yang berbasis kecerdasan buatan yang dikenal dengan Artificial Intelegence (AI). Kehadiran media baru ini tidak hanya mengubah pola komunikasi masyarakat, tetapi juga menghadirkan peluang dan tantangan bagi berbagai sektor, seperti ekonomi, sosial, budaya sehingga keagamaan. Kehadiran media baru ini perlu dipertanyakan seperti apa karakteristik yang dimiliki, apa dampak dari kehadiran media baru, dan bagaimana tantangan yang dihadirkan oleh media baru dalam dunia dakwah.
Karakteristik Media Baru
Media baru memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari media konvensional, seperti televisi, radio, dan surat kabar. Pertama, sifatnya yang interaktif memungkinkan pengguna untuk tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menciptakan dan menyebarluaskan konten. Ini membawa perubahan dari one-way communication menjadi two-way communication, bahkan multi-arah, sehingga audiens tidak lagi pasif, tetapi aktif berpartisipasi. Kedua, media baru bersifat real-time, artinya informasi dapat diperoleh dan disebarkan secara instan. Kecepatan ini sering kali membuat masyarakat lebih mudah mendapatkan kabar terkini, tetapi di sisi lain, kecepatan penyebaran ini juga memicu penyebaran informasi yang belum terverifikasi, bahkan hoaks. Ketiga, media baru bersifat personal dan dapat disesuaikan, di mana pengguna bebas memilih dan mengatur konten sesuai minat dan kebutuhan masing-masing.
Dampak Positif Media Baru
Perkembangan media baru memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat. Di bidang Pendidikan misalnya, media baru memungkinkan akses terhadap informasi dan pengetahuan yang lebih luas. Berbagai platform digital yang tersedia seperti YouTube, blog, podcast, dan kelas daring, memberi peluang bagi siapa saja untuk belajar kapan dan di mana saja dengan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Sementara itu di sektor ekonomi, media baru juga memberikan kemudahan dalam promosi dan transaksi bisnis melalui e-commerce dan pemasaran digital. Media sosial menjadi sarana efektif bagi usaha kecil, menengah hingga besar untuk menjangkau pasar yang lebih luas tanpa batasan geografis. Tidak sedikit dari pelaku usaha yang memanfaatkan flatform digital sebagai tempat untuk mempromosikan produk yang dihasilkan. Dampak positif lainnya terlihat dalam bidang budaya, di mana media baru menjadi media penyiaran untuk mempromosikan budaya Indonesia ke kancah dunia internasional.
Tantangan Media Baru
Meski banyak manfaat yang dirasakan, media baru juga menghadirkan sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah masalah privasi dan keamanan data. Banyak aplikasi dan platform media baru yang mengumpulkan data pribadi pengguna untuk berbagai kepentingan, mulai dari peningkatan pengalaman pengguna hingga kepentingan komersial. Penggunaan data ini sering kali dilakukan tanpa persetujuan yang jelas dari pengguna, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan penyalahgunaan data.
Selain itu, media baru juga memunculkan fenomena echo chamber dan filter bubble, di mana pengguna hanya menerima informasi yang sesuai dengan preferensi dan pandangannya saja. Hal ini berpotensi menciptakan masyarakat yang terpolarisasi, dengan pandangan yang kurang beragam dan terbatas.
Isu etika dalam penggunaan media baru juga menjadi tantangan tersendiri. Tidak jarang konten yang beredar di media baru mengabaikan etika dan norma sosial. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus yang lebih mempertontonkan yang tidak sesuai dengan norma agama serta norma yang berlaku di Indonesia, serta maraknya hadir kasus ujaran kebencian, penyebaran hoaks, hingga perundungan daring (cyberbullying). Situasi ini menunjukkan bahwa media baru membutuhkan regulasi yang lebih ketat serta kesadaran etika yang lebih tinggi dari penggunanya.
Media Baru dan Dakwah
Di bidang dakwah, media baru membuka peluang besar bagi penyebaran pesan-pesan keagamaan yang relevan dengan masyarakat modern. Platform seperti YouTube, Instagram, dan podcast bisa digunakan untuk menyebarkan dakwah dengan cara yang kreatif, interaktif, inovatif dan dapat diakses oleh berbagai kalangan. Penggunaan media baru dalam dakwah memungkinkan audiens dari berbagai latar belakang dan usia dapat mengakses materi dakwah sesuai dengan preferensinya.
Namun, di sisi yang berbeda, penggunaan media baru dalam dunia dakwah perlu mendapatkan perhatian khusus terhadap aspek etika komunikasi dakwah. Materi yang disampaikan perlu berpedoman pada nilai-nilai yang konstruktif dan tidak menimbulkan disinformasi atau kesalahpahaman di kalangan masyarakat.
Menuju Penggunaan Media Baru yang Bertanggung Jawab
Keberadaan media baru di era digital ini merupakan realitas yang tidak dapat dihindari. Untuk itu, tantangan utama adalah bagaimana masyarakat dapat mengoptimalkan media baru dengan cara yang bertanggung jawab dan etis. Dalam hal ini diperlukan edukasi literasi digital, supaya pengguna mampu memilah dan memilih informasi yang valid, serta menghindari dampak negatif seperti hoaks dan polarisasi.
Pemerintah dan lembaga terkait perlu memperketat regulasi untuk menjaga keamanan data, meminimalisasi konten berbahaya, serta mendorong perusahaan media untuk lebih transparan dan akuntabel dalam mengelola data pengguna. Literasi digital yang memadai akan membantu menciptakan masyarakat yang cerdas dan kritis dalam memanfaatkan media baru yang berdampak positif bagi pembangunan sosial dan budaya di Indonesia. Pada akhirnya, media baru menjadi pedang bermata dua yang membutuhkan keterampilan dan kesadaran tinggi dalam penggunaannya.
Penulis : Tomi Handra, M. Sos
Dosen Komunikasi UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi