
HALUAN DEMOKRASI — Media sosial bukanlah sesuatu yang asing lagi saat ini, karena media sosial sudah menjadi sesuatu yang melekat pada setiap diri seseorang.
Dimana saat ini media sosial telah menjadi ruang vital dalam kehidupan modern, tempat bagi setiap orang untuk dapat berinteraksi, mengekspresikan diri serta berbagi informasi dengan khalayak luas.
Namun, siapa sangka dibalik kemudahan dan kebebasan dalam mengekspresikan diri, ada hal penting yang harus diperhatikan oleh pengguna media sosial itu sendiri.
Karena sangat disayangkan sekali kebebasan yang ada saat ini, sering kali menimbulkan gesekan, bahkan tidak sedikit yang menjadi sumber pertikaian di antara sesama pengguna media sosial.
Baik hal itu disebabkan karena kurangnya kesadaran akan batasan etis maupun akibat penyalahgunaan platform untuk tujuan negatif.
Dalam bermedia sosial sudah seharusnya para pengguna memperhatikan kaidah dan etika.
Etika dalam bermedia sosial bukanlah hanya sekedar formalitas semata, tetapi sebuah keharusan untuk menjaga keharmonisan, martabat, dan bahkan menjadi tanggung jawab bersama di dunia maya.
Namun pada dasarnya, setiap unggahan, komentar, atau interaksi di media sosial mencerminkan nilai-nilai pribadi seseorang. Menghormati orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, merupakan pilar utama dalam beretika.
Misalnya, menghindari ujaran kebencian, fitnah, atau penyebaran berita palsu adalah bentuk konkret dari etika ini.
Dalam konteks Islam, prinsip ini selaras dengan ajaran untuk berkata baik atau diam. Sementara itu dalam perspektif digital, ungkapan sederhana ini menjadi penuntun agar para pengguna media sosial tidak terjebak dalam perilaku merugikan. Baik merugikan diri sendiri maupun merugikan orang lain.
Transparansi dan kejujuran juga menjadi fondasi penting. tidak bisa berkata tidak, dunia digital saat ini sering kali menjadi ruang yang rentan bagi manipulasi informasi dan pencitraan palsu.
Menyadari bahwa setiap tindakan dari para pengguna media sosial dapat memberikan efek dan dampak yang luas, baik secara positif maupun negatif, maka hal ini seharusnya mendorong para penggunaan media sosial untuk bertindak secara bertanggung jawab.
Saat ini bila diperhatikan media sosial yang ada, tidak sedikit para pengguna demi mendapatkan follower yang banyak, serta like dan subscribe dari penonton tidak sedikit dari pengguna media sosial menghadirkan kontens-kontens yang mengarah kepada hal yang sifatnya negative, bahkan hal yang sifatnya pribadi dan itu seharusnya tidak boleh di umbar justru di umbar ke public .
Menjadikan media sosial sebagai media berbagi informasi yang benar dan bermanfaat merupakan aktualisasi dari akhlak yang baik dalam bermedia sosial.
Kehadiran media sosial sebagai ruang publik juga menuntut para pengguna untuk menjaga privasi diri sendiri dan orang lain. Tidak semua kontens bisa dikosumsi oleh khalayak ramai, terutama yang berkaitan dengan hal pribadi.
Lebih jauh itu, mematuhi hak cipta dan menghormati karya orang lain, seperti tulisan, video dan foto, mencerminkan penghormatan terhadap kerja keras dan kreativitas.
Etika dalam bermedia sosial bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga kolektif. Menjadi teladan dalam menyebarkan kebaikan, membangun diskusi yang konstruktif, dan menolak penyebaran konten destruktif adalah langkah kecil yang bisa membawa perubahan besar.
Pada akhirnya, media sosial merupakan media perantara antara kontens kreator dengan penonton. Apakah alat ini menjadi berkah atau bencana tergantung pada bagaimana seseorang menggunakannya.
Dalam dunia yang semakin terhubung ini, mari kita gunakan platform digital untuk memperkuat persaudaraan, menebar inspirasi, dan memperkaya nilai-nilai kemanusiaan.
PENULIS : Tomi Hendra, M.Sos (Dosen Komunikasi UIN Bukittinggi)