Oleh : Roiz Zulhadi
HALUAN DEMOKRASI — Ketahanan pangan adalah isu multidimensi yang kompleks dan mendesak. Tidak hanya Indonesia, seluruh negara di dunia menghadapi tantangan yang sama. Food and Agriculture Organization (FAO) terus memberikan informasi terkini tentang kondisi pangan global, menegaskan pentingnya upaya kolektif dalam menghadapi permasalahan ini. Pada tahun 2025, pemerintah Indonesia telah menetapkan ketahanan pangan sebagai prioritas utama dengan alokasi anggaran sebesar Rp139,4 triliun. Ini adalah wujud komitmen pemerintah untuk memastikan ketersediaan pangan yang cukup, terjangkau, dan berkualitas bagi seluruh masyarakat.
Dalam konteks ini, pemenuhan kebutuhan pangan erat kaitannya dengan produksi sektor pertanian yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Produksi pangan, termasuk padi, sangat bergantung pada luas lahan panen, produktivitas, dan stabilitas pertanian. Namun, berbagai tantangan, seperti alih fungsi lahan dan pertambahan jumlah penduduk, membuat upaya ini semakin sulit. Ketersediaan beras harus seimbang dengan kebutuhan konsumsi masyarakat. Jika tidak, defisit pangan akan memengaruhi kesejahteraan masyarakat.
Sebagai kabupaten yang baru merayakan ulang tahunnya yang ke-21, Pasaman Barat memiliki peran strategis dalam isu ketahanan pangan di Sumatera Barat. Kabupaten ini, yang terbentuk pada 18 Desember 2003 berdasarkan UU No. 38 Tahun 2003, meliputi 11 kecamatan dan 90 nagari dengan luas wilayah 3.864,02 km². Potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk tanah subur dan iklim yang mendukung, menjadikan Pasaman Barat sebagai wilayah yang sangat potensial untuk sektor pertanian.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Pasaman Barat menghadapi tantangan besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lebih dari 10.000 hektare lahan sawah telah beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit dalam lima tahun terakhir. Padahal, padi adalah komoditas pangan utama di Pasaman Barat, mengalahkan komoditas lain seperti jagung, ubi, dan sayuran. Tingginya konsumsi beras masyarakat memerlukan upaya serius untuk memastikan ketersediaan pangan tetap terjaga.
Nagari Sungai Janiah sebagai Solusi Ketahanan Pangan
Di tengah tantangan ini, Nagari Sungai Janiah di Kecamatan Talamau muncul sebagai harapan. Nagari ini dikenal sebagai daerah penghasil padi utama di Pasaman Barat. Dengan agroekosistem yang mendukung pertanian padi, mayoritas masyarakat Sungai Janiah bergantung pada sektor ini untuk penghidupan mereka. Nagari Sungai Janiah memiliki 10 kelompok tani aktif yang menunjukkan potensi besar dalam pengembangan sektor pertanian.
Sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan, pemerintah Pasaman Barat harus menjadikan Nagari Sungai Janiah sebagai lumbung padi utama. Langkah ini memerlukan investasi dalam beberapa aspek penting, antara lain:
- Penyediaan Infrastruktur Pendukung Pertanian Pembangunan irigasi modern, perbaikan jalan usaha tani, dan akses logistik harus menjadi prioritas. Infrastruktur ini akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi distribusi hasil panen.
- Subsidi dan Bantuan Sarana Produksi Penyediaan benih unggul, pupuk, dan alat pertanian dengan harga terjangkau akan meringankan beban petani dan meningkatkan produktivitas mereka.
- Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian Pemerintah perlu memberikan edukasi tentang teknologi pertanian modern, pengelolaan hama, dan pengolahan pasca-panen agar hasil tani lebih maksimal.
- Fasilitasi Akses Pasar dan Stabilisasi Harga Pemerintah dapat membantu petani melalui koperasi tani atau lembaga penyangga harga untuk memastikan petani mendapatkan harga yang adil.
- Dukungan Pembiayaan dan Program Kredit Usaha Tani Program kredit dengan bunga rendah akan membantu petani mengembangkan usaha mereka tanpa terbebani masalah finansial.
- Perlindungan terhadap Risiko Pertanian Pemerintah dapat memperkenalkan program asuransi pertanian untuk melindungi petani dari risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem atau bencana alam.
HUT Pasaman Barat ke-21 adalah momen yang tepat untuk menunjukkan komitmen nyata dalam membangun ketahanan pangan. Nagari Sungai Janiah harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan komoditas padi. Dengan menjadikannya lumbung padi, Pasaman Barat tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan lokal tetapi juga berkontribusi pada perekonomian nasional.
Sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di Sumatera Barat, Pasaman Barat juga perlu menyeimbangkan ekspansi perkebunan dengan kebutuhan pangan masyarakat. Pemerintah harus tegas dalam melindungi lahan sawah dari alih fungsi yang tidak terkendali.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, mimpi Nagari Sungai Janiah menjadi ikon ketahanan pangan dapat terwujud. Ini bukan hanya tentang memastikan ketersediaan pangan tetapi juga tentang menciptakan masa depan yang sejahtera dan berkelanjutan bagi Pasaman Barat dan sekitarnya.
Penulis : (Roiz Zulhadi)